Minggu, 21 Desember 2014


Orang Muslim beriman kepada ketuhanan Allah Ta’ala bagi seluruh manusia sejak manusia pertama hingga manusia terakhir. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala. Itu semua berdasarkan dalil-dalil wahyu, dalil-dalil akal, dan sebelum itu semua adalah petunjuk Allah Ta’ala. Sebab, barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, ia mendapatkan petunjuk, dan barang siapa disesatkan Allah Ta’ala, ia tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. 

Dalil-Dalil Wahyu
Kesaksian Allah Ta’ala, kesaksian para malaikat, dan kesaksian orang-orang berilmu terhadap ketuhanan Allah SWT.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang beriman (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Ali Imran: 18). 

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur.“ (Al-Baqarah: 255). 

“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 163). 

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Musa a.s. , “Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaha: 14). 

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad saw., “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (Muhammad: 19). 

Allah Ta’ala berfirman menjelaskan tentang diri-Nya, “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 22) 

Penjelasan para rasul Allah Ta’ala tentang ketuhanan-Nya, dari ajakan mereka kepada umat-umatnya untuk mengakui ketuhanan Allah Ta’ala, dan beribadah kepada-Nya saja. Nabi Nuh a.s. berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.” (Al-A’raaf: 59). 

Nabi Nuh, Hud, Shalih, dan Syuaib, tidak seorang pun dari mereka kecuali berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.” (Al-A’raaf: 59). 

Nabi Musa a.s. berkata kepada Bani Israel, “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kalian yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kalian atas segala umat.” (Al-A’raaf: 140). 
Ucapan di atas diucapkan Nabi Musa a.s. kepada Israel ketika kita memintanya menjadikan tuhan berhala untuk mereka sembah. 

Nabi Yunus Alaihis-Salam berkata dalam tasbihnya, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (Al-Anbiya: 87).
Nabi kita, Muhammad saw. berkata dalam tasyahhud di dalam shalat, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah saja, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.”
 

Dalil-Dalil Akal
Sesungguhnya kerububiyahan Allah Ta’ala yang tidak ada perdebatan di dalamnya itu menghendaki ketuhanan-Nya. Tuhan yang menghidupkan, mematikan, memberi, menahan pemberian, memberi manfaat, dan memberi madharat adalah Tuhan yang pantas disembah manusia, harus mereka taati, cintai, agungkan, sucikan, mengharap pada-Nya, dan takut pada-Nya.

Jika semua makhluk itu diurus Allah Ta’ala dalam arti termasuk yang diciptakan Allah Ta’ala, diberi rizki oleh-Nya, diatur oleh-Nya, dan Allah Ta’ala mengatur segala urusan mereka, maka bagaimana masuk akal kalau makhluk yang membutuhkan kepada-Nya itu dijadikan sebagai Tuhan? Jika di antara makhluk tidak layak dijadikan sebagai Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa Pencipta makhluk tersebut adalah Tuhan yang benar dan yang berhak disembah dengan benar.

Allah Azza wa Jalla bersifatkan sifat-sifat kesempurnaan mutlak, dan sifat tersebut tidak dimiliki selain Dia. Misalnya, keberadaan Allah Ta’ala sebagai Dzat Yang Mahakuat, Dzat Yang Mahakuasa, Dzat Yang Mahatinggi, Dzat Yang Mahaagung, Dzat Yang Maha Mendengar, Dzat Yang Maha Melihat, Dzat Yang Maha Penyayang, dan Dzat Yang Maha Lembut. Itu semua mengharuskan hati manusia menuhankan Allah Ta’ala dengan mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, dan mengharuskan badan mereka menuhankan-Nya dengan taat, dan tunduk kepada-Nya.

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 12-14.

0 komentar:

Posting Komentar