“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan
dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan
itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12)
Ayat diatas sangat jelas memerintahkan kita untuk menjauhi dzan atau
prasangka. Selain ayat Alquran diatas, ada beberapa hadits yang
mendukung hal tersebut.
Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya, ”Jauhilah olehmu
prasangka. Sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling
dusta.” (Muttafaq ‘alaih).
Sebenarnya apa itu prasangka?
Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitab Mausu’ah min Akhlaqir-Rasul,
menjelaskanAda empat macam prasangka yang ada dalamkehidupan kita
sehari-hari. Pertama, prasangka yang diharamkan. Yaitu prasangka kepada
Allah dan muslimin yang adil. Kedua, prasangka yang dibolehkan, yaitu
yang terlintas dalam hati seorang Muslim kepada saudaranya. Hal ini
dikarenakan adanya hal yang mencurigakan. Ketiga, prasangka yang
dianjurkan, yaitu prasangka yang baik terhadap sesama Muslim. Prasangka
jenis terakhir prasangka yang diperintahkan. Prasangka jenis ini dalam
hal ibadah dan hukum yang belum ada nashnya.
Tentang prasangka kepada manusia, banyak orang yang begitu berat
menjalani hidupnya gegara prasangka buruk terhadap sauadaranya. Setiap
bertemu dengan orang lain yang terpikir adalah keburukan. Bila orang
tersebut bertanya, yang terpikir adalah apa yang kira-kira akan dia
lakukan setelah dia bertanya.
Ada pula jenis manusia seperti yang Syekh Mahmud al-Mishri jelaskan
sebagai jenis prasangka yang pertama yaitu prasangka kepada Allah.
Bentuknya adalah berupa pesimis yang berlebihan. Berprasangka buruk akan
keadaan yang belum terjadi. Takut kalau Allah akan menimpakan hal buruk
atas dirinya. Padahal Allah selalu sesuai prasangka hambanya.
Mereka yang selalu berprasangka buruk atas kondisi yang belum terjadi
atau atas kondisi orang lain tidak bisa merasakan manis gulali dalam
hati. Apapun seolah menjadi ancaman yang akan menjatuhkan dirinya.
Akibatnya hidup terasa lebih berat untuk dijalani.
Maka, untukmu yang ingin merasakan manisnya gulali dalam hati, mari
sama-sama belajar untuk husnudzon kepada siapapun, utamanya kepada
Allah. Agar Allah turunkan ketenangan dalam hati.
0 komentar:
Posting Komentar