Bismillah, alhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Ketahuilah wahai Saudaraku yang seiman rahimakumullah, Rabbuna Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam kitab-Nya yang agung,
وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ
Ya, maksiat (dosa) itu memang ada dua, kemaksiatan zahir (yang
terlihat atau terdengar) dan kemaksiatan batin (hati). Ulama menjelaskan
contoh kemaksiatan batin (hati) seperti: meninggalkan kewajiban hati,
berupa meninggalkan ikhlas, tawakkal kepada Allah, mencintai-Nya, dan
takut kepada-Nya, juga melakukan dosa riya’ (pamer ketaatan), hasad
(dengki) dan ujub (bangga/takjub terhadap amal).
Alasan dosa batin itu lebih parah dari pada dosa zahir
Ulama pun menjelaskan bahwa kemaksiatan batin itu lebih parah dari
pada kemaksiatan zahir ditinjau dari beberapa sisi. Mengapa
demikian? Berikut ini beberapa sisi tinjauan yang menunjukkan bahwa dari
sisi-sisi tersebut bisa dikatakan kemaksiatan batin lebih parah dari
pada kemaksiatan zahir.
1. Kerusakan hati adalah pokok kerusakan zahir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia baik, baiklah seluruh jasadnya dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini terdapat pelajaran yang berharga, bahwa hati itu bisa
menjadi asas kebaikan dan kerusakan. Jika seseorang rusak hatinya, maka
akan berdampak buruk pada kerusakan amal anggota tubuh yang zahir.
Oleh karena itu pantas jika yang Allah lihat dari diri kita adalah hati dan amal, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk-bentuk tubuh
dan harta-harta kalian, akan tetapi melihat kepada hati-hati dan
amal-amal kalian” (HR. Muslim).
2. Dosa zahir penyebabnya adalah kerusakan batin dan dampak negatifnya sangatlah besar
Setiap kemaksiatan zahir yang terjadi penyebabnya adalah kerusakan
dalam hati. Pengaruh rusaknya hati seseorang bisa menyebabkan lahirnya
dosa “percontohan” yang diwarisi turun menurun oleh para ahli maksiat dari masa ke masa.
Perhatikan, para Pembaca, apakah yang menyebabkan terjadinya dosa pertama kali di langit dan di bumi.
Ibnul Jauzi dalam kitab Zaadul Masiir (9/276) rahimahullah berkata, “Hasad
adalah (termasuk) tabiat yang terjelek dan penyebab maksiat kepada
Allah yang pertama kali di langit adalah hasad iblis kepada Nabi Adam
‘alahis salam dan (dosa pertama kali) di bumi adalah hasad qobil kepada
Habil”.
Jadi, iblis kafir kepada Allah karena hasad kepada Adam ‘alahis salam dan
sombong (sebagaimana yang terdapat dalam Al-A’raaf:12 dan
Al-Baqarah:34), dan Qobil membunuh Habil pun karena hasad (sebagaimana
yang terdapat dalam Al-Maaidah:27-30), dan hasad adalah penyakit hati.
Bahkan lebih dari itu ,dosa hati bisa sampai menjerumuskan seseorang
ke dalam kekafiran. Perhatikanlah dua sebab kekafiran berikut ini :
Kekafiran yahudi :
Yahudi kafir karena penyakit hati yang dinamakan hasad (dengki) sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 109, yang artinya, “Sebahagian
besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari
diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”.
Kekafiran fir’aun:
Penyebabnya adalah penyakit hati yang dinamakan sombong, sebagaimana
yang terdapat dalam firman Allah dalam surat An-Naml:14 -tentang
fir’aun dan kaumnya yang kufur, mengingkari kebenaran yang datang dari
Allah- ,yang artinya, ”Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya…”
Intinya, jika hati seseorang itu rusak, maka akan bisa menyebabkan ia terjerumus kepada seluruh kemaksiatan.
3. Taubat dari dosa batin lebih sulit daripada taubat dari dosa zahir
Kemaksiatan zahir, seperti zina, minum khamr, mencuri biasanya oleh
pelakunya dan oleh orang yang melihatnya mudah diketahui bahwa itu
adalah kemaksiatan. Banyak pelaku kemaksiatan zahir yang sadar kalau
dirinya bersalah, demikian juga orang yang melihatnya,biasanya tahu
kalau orang itu bermaksiat. Sehingga pelakunya yang sadar bahwa dirinya
bermaksiat itu akan lebih mudah diharapkan bertaubat dari kemaksiatannya
tersebut.
Contohnya, Nabi Adam ‘alaihis salam, beliau pernah melakukan
dosa yang jenisnya zahir, yaitu makan buah pohon yang terlarang,
kemudian dengan taufik Allah Nabi Adam ‘alaihis salam bertekad
kuat untuk bertaubat, maka Allah mudahkan taubat beliau. Allah
berfirman tentang penyesalan dan taubat beliau dan istrinya,
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat
kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi” (Al-A’raf : 23).
Dan Allah terima taubatnya sebagaimana yang terdapat dalam surat
Tha-ha: 122. Berbeda halnya dengan iblis, dosanya jenis dosa hati,
sombong, maka berat baginya bertaubat.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah[1] kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Al-Baqarah:34).
Dari sini marilah kita masing-masing memeriksa kemaksiatan batin
maupun zahir yang kita lakukan dan marilah kita berusaha bertaubat
darinya, maka barangsiapa yang Allah terima taubat dosa batinnya niscaya
Allah akan membimbingnya untuk taubat dari kemaksiatan zahir.
4. Dosa besar (kabair) hati lebih besar daripada dosa besar zahir
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketaatan batin itu lebih utama daripada ketaatan zahir. Di dalam Madarijus-Salikin (1/121), setelah menyebutkan beberapa contoh amalan hati, Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa,
“(Amalan) wajib hati lebih wajib daripada amalan wajib anggota
tubuh zahir, adapun amalan sunnah hati lebih dicintai oleh Allah
daripada amalan sunnah zahir”. Dari sini kita ambil pelajaran
sebagaimana ketaatan batin lebih utama daripada ketaatan zahir, maka
dosa besar hati lebih besar dari dosa besar zahir.
Ibnul Qoyyim rahimahullah juga menjelaskan : “Dosa-dosa
besar, seperti riya’ (pamer keta’atan), ujub (bangga/takjub terhadap
amal), kibr (sombong), fakhr (membanggakan amal), khuyala` (angkuh),
putus asa, tidak mengharap rahmat Allah, merasa aman dari makar Allah,
riang gembira atas penderitaan kaum Muslimin, senang atas musibah yang
menimpa mereka, senang dengan tersebarnya fahisyah (maksiat) di
tengah-tengah mereka, dengki terhadap anugerah Allah kepada mereka,
berangan-angan anugerah tersebut hilang dari mereka, dan hal-hal yang
mengikuti dosa-dosa ini yang statusnya lebih haram dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar yang zahir selain keduanya” (Madarijus-Salikin,Ibnul Qoyyim rahimahullah 1/133).
Penutup
Buah pahit dari tidak memperhatikan atau tidak mengetahui masalah dosa hati menyebabkan:- Bisa jadi hati seseorang berlumuran dosa namun ia tidak menyadari,walaupun ia termasuk orang yang -alhamdulillah- telah menjaga penampilan zahir dan perbuatan anggota tubuhnya, sehingga sesuai dengan sunnah, namun sayangnya ia lalai menjaga sesuatu yang lebih penting dari zahir ,yaitu hati.
- Bisa jadi orang yang mencela dan membuka aib saudaranya yang berdosa lebih besar dosanya daripada saudaranya yang dicela tersebut disebabkan kemaksiatan yang ada dalam hatinya.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…bahwa (dosa) engkau
mencela saudaramu karena melakukan suatu dosa (bisa jadi) lebih besar
dan lebih parah daripada dosa saudaramu itu karena dalam celaanmu itu
terdapat perasaan takjub terhadap ketaatan(mu), mensucikan diri,
membanggakan, menyebut-nyebutnya, dan mengklaim (dirimu) bersih dari
dosa itu (dengan sombong), sementara (disisi lain, engkau merendahkan)
saudaramu itu terjatuh kedalamnya” (Madarijus Salikin,Ibnul Qoyyim 1/195).
Ingatlah, wahai saudaraku, awalilah dengan membersihkan hati, jika
hati Anda baik, Allah akan mudahkan Anda bersih dari berbagai macam
kemaksiatan.
Peringatan!
Bukan maksud penulis menyepelekan dosa-dosa zahir, sama sekali tidak
demikian. Namun maksud Penulis adalah sebatas hendak mendudukkan segala
sesuatu pada tempatnya.
Wahai Saudaraku, camkanlah:
Selamat dari dosa zahir adalah kewajiban, namun selamat dari dosa hati adalah lebih wajib
Dengan berprinsip demikian, maka -insyaallah- kita tidak tertipu dengan kebaikan lahiriyah semata (baca artikel : Jangan Tertipu Dengan Penampilan Lahiriyah).
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu ‘Ukkasyah
Sumber: http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/dosa-batin-lebih-parah-daripada-dosa-zahir.html
0 komentar:
Posting Komentar