Al-Hakim dan yang lainnya meriwayatkan dari Miswar bin Makhramah dan
Marwan bin Hakam yang berkata, “Surah al-Fath, dari awal hingga akhir,
turun dalam perjalanan Nabi saw. antara Mekah dan Madinah. Turunnya
berkenaan dengan peristiwa di Hudaibiyah.” (487)
Ayat 2, yaitu firman Allah ta’ala,
“Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah
lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan
memimpin kamu kepada jalan yang lurus” (al-Fath: 2)
Imam Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas yang
berkata, “Sekembalinya dari Hudaibiyah, diturunkan kepada Nabi saw. ayat
ini. Nabi saw. lantas berkata kepada para sahabatnya, ‘Baru saja turun kepada saya sebuah ayat yang lebih saya sukai daripada seluruh isi bumi ini.’
Beliau lantas membacakan ayat tersebut kepada mereka. Para sahabat
serentak berkata, ‘Selamat dan sejahtera untuk engkau wahai Rasulullah.
Allah telah menjelaskan apa yang akan dilakukannya terhadap engkau. Akan
tetapi, kami tidak tahu apa yang akan Dia lakukan terhadap kami?!’
Allah lalu menurunkan ayat,
“Supaya Dia memasukkan orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang
demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah” (al-Fath: 5)
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min
ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon , maka Allah
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).” (al-Fath: 18)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Salamah bin Akwa’ yang berkata,
“Tatkala kami sedang berbincang-bincang, tiba-tiba seorang pesuruh
Rasulullah berteriak keras, ‘Wahai sekalian manusia, mari berbai’at!
Mari berbai’at! Sesungguhnya Jibril saat ini tengah turun!’ Mendengar
hal itu, kami dengan segera menghampiri Rasulullah yang ketika itu
tengah berada di bawah sebatang pohon berwarna coklat. Kami lalu
membai’at beliau. Allah lantas menurunkan ayat ini.”
“Dan dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu
dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota
Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Fath: 24)
Imam Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Anas bin
Malik r.a. yang berkata, “Ketika tengah berada di Hudaibiyah, tiba-tiba
datang delapan puluh orang bersenjata dari arah Bukit Tan’im yang
menerjang ke arah Rasulullah dan para sahabat. Jelas sekali mereka
bermaksud menyerang beliau secara mendadak. Akan tetapi, seluruh mereka
berhasil dilumpuhkan. Rasulullah kemudian membebaskan mereka kembali.
Allah lalu menurunkan ayat ini.” (489)
Imam Ahmad dan an-Nasa’i juga meriwayatkan riwayat yang sama dari
Abdullah bin Maghfal al-Muzni, demikian juga Ibnu Ishak dari Ibnu Abbas.
“Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari
(masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat
(penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan
perempuan-perempuan yang mu’min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan
membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa
pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari
membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya
ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah
Kami akan mengazab orang-orang yag kafir di antara mereka dengan azab
yang pedih.” (al-Fath: 25)
Imam at-Thabrani dan Abu Ya’la meriwayatkan dari Abu Jum’ah, dari
Junaid bin Subu’, yang berkata, “Di pagi hari, saya memerangi Nabi saw.
dalam keadaan kafir, sementara pada sore harinya saya berperang
bersamanya dalam keadaan muslim. Pada saat itu, kami terdiri dari tiga
orang laki-laki dan tujuh orang wanita. Berkenaan dengan kamilah turun
ayat, ‘Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan
perempuan-perempuan yang mu’min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan
membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa
pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari
membinasakan mereka).’”
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman,
dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak
merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (al-Fath: 27)
Al-Faryabi dan Abdu bin Hamid, demikian juga al-Baihaqi dalam kitab ad-Da’aa’il
meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “Ketika tengah berada di
Hudaibiyah, diperlihatkan kepada Nabi saw., melalui mimpi, bahwa beliau
dan para sahabat akan masuk ke Mekah dengan aman dalam keadaan mencukur
dan memendekkan rambut masing-masing. Akan tetapi, tatkala mereka
terpaksa harus menyembelih kurban mereka di Hudaibiyah, beberapa sahabat
lantas berkata, ‘Wahai Rasulullah, mana realisasi dari mimpi engkau
itu?’ Sebagai responnya, turunlah ayat ini.”
488. Shahih Bukhari, kitab al-Maghaaziyr, hadits nomor 4172; Shahih Muslim, kitab al-Jihaad wa as-Siyar, hadits nomor 1786, dan Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3263.
489. Shahih Muslim, kitab al-Jihaad wa as-Siyar, hadits nomor 1808, Sunan an-Nasa’i, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 530
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 515 – 519.
0 komentar:
Posting Komentar